

Bu Ulfa adalah seorang ibu tangguh yang kini menjadi tulang punggung keluarga. Setiap hari, sejak pukul 03.00 pagi, beliau sudah mulai berjualan gorengan di warung kecil miliknya, demi menghidupi suami yang sakit parah dan ketiga anaknya yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Bu Ulfa menjual gorengan hasil buatannya sendiri, sementara nasi kuning dan nasi uduk yang tersedia di warungnya hanyalah titipan dari orang lain. Beliau memasak dari malam hari, sekitar jam 18.30 hingga jam 11.00 malam, agar bisa siap berjualan sebelum subuh.
Dulu, saat ramai, penghasilan kotor Bu Ulfa bisa mencapai Rp1.000.000, namun yang bersih diterima hanya sekitar Rp200.000 per hari, karena harus diputar kembali untuk modal keesokan harinya. Saat sepi, penghasilan bersihnya bahkan hanya Rp50.000, dan sering kali tidak cukup untuk kebutuhan harian, apalagi modal usaha.
Tak jarang, Bu Ulfa harus meminjam uang dari tetangga, anaknya, atau mertuanya agar bisa tetap berjualan esok hari. Bahkan, beliau sering memberi hutang kepada pelanggan di warungnya — meskipun sebagian dari mereka tidak pernah kembali untuk membayar.
Suami Bu Ulfa, Pak Taufik (43 tahun), telah menderita sakit saraf kejepit selama 7 tahun. Dalam 2 tahun terakhir, kondisinya memburuk drastis hingga tidak bisa beraktivitas sama sekali. Kini, beliau sulit berjalan, sesak napas, dan sangat lemah — bahkan untuk berdiri pun harus dibantu tongkat.
Dulu, Pak Taufik adalah seorang supir mobil besar pengangkut oksigen rumah sakit. Kecelakaan kerja dan kebiasaan duduk lama saat mengemudi memperparah kondisi sarafnya. Kini, tulangnya mengecil, dadanya menurun, dan beliau harus bergantung pada obat penghilang rasa sakit, terapi rumahan, dan alat bantu seadanya.
Sudah lebih dari 5 rumah sakit mereka kunjungi, tetapi belum ada hasil yang memuaskan. Fisioterapi, suntikan mahal (Rp1.700.000 sekali suntik), bahkan alat terapi yang dibeli pun hanya memberikan efek sesaat. Kini, Pak Taufik hanya bisa pasrah dan berharap akan mukjizat dari Tuhan, karena pengobatan lanjutan seperti operasi terlalu mahal dan berisiko.
Bu Ulfa harus berdiri paling pagi dan tidur paling malam, tidak hanya karena harus memasak dan berjualan, tapi juga mengurus anak-anak dan suami yang sakit. Ia sering merasa sangat lelah, sedih, dan kewalahan. Apalagi ketika tidak ada cukup uang untuk membeli bahan dagangan, atau ketika anak-anak sakit dan butuh dibawa ke dokter.
Tapi di tengah semua keterbatasan itu, Bu Ulfa tetap bersyukur. Beliau tak pernah mengeluh, hanya berharap ada rejeki agar bisa terus bertahan.
Sobat Berdampak, Ayo kita berikan beliau uluran tangan dan bantu dengan cara:
Beberapa informasi:
*Ayo Kita Peduli merupakan NGOs yang berdiri sejak 2023 dan berada di bawah naungan Ayo Berdampak Berdaya. Dengan tagline #BerdampakBerdaya kami berfokus pada masalah kemiskinan kelas sosial rentan perkotaan dan pedesaan melalui berbagai program dan campaign pemberdayaan untuk upaya peningkatan kesejahteraan.
Contact and More Information:
Instagram: @ayokita.peduli
WhatsApp: +62 821-2908-8174
Email: ayoberdampakberdaya.id@gmail.com
*Page ini merupakan page Fundraiser dan merupakan bagian dari program dan campaign utama yang berjudul Semua Berhak Nyaman.
*Dalam membantu penyebaran informasi terkait program ini dan program turunannya dalam fitur Fundraiser, kami melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari Media Partner, Organisasi, serta Publik Figur agar informasi mengenai program ini dapat tersebar luas dan menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk berkontribusi bersama.
![]()
Belum ada Fundraiser
![]()
Menanti doa-doa orang baik